Rabu, 27 Mei 2009

Seputar Dunia Kerja
Berhasil dan Gagal


Never stop learning! You will succeed....!

Rani sangat tidak puas ketika bulan ini Andi kembali menjadi juara pertama lagi. Masalahnya dulu mereka diterima bekerja di bagian penjualan bersama-sama. Mereka telah bekerja selama tujuh bulan. Tapi sejak empat bulan yang lalu prestasi Andi tiba-tiba meningkat.


Kini Andi telah empat bulan berturut-turut menjadi juara karena hasil penjualannya paling tinggi. Sungguh, Rani sangat kesal. Motivasinya menurun karena merasa tak mungkin mengalahkan Andi. Untuk apa bersusah payah menjual kalau selalu Andi yang menang? Ia kehilangan harapan. Ia merasa apapun yang dilakukannya pasti gagal.

Selanjutnya...
Pemimpin Yang Berprinsip E-mail
Ditulis oleh Stephen R. Covey


Dalam situasi bisnis sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan
cara-cara kasar demi tujuan baik. Bagi mereka, "bisnis adalah bisnis",
sedangkan "etika dan prinsip terkadang harus mengalah pada keuntungan".
Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang
tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak
kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul
teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil
yang diharapkan. Mengapa demikian?

Selanjutnya...
Pemimpin Yang Melayani
Ditulis oleh Glorianet

Semakin banyak saya membaca literatur atau konsep mengenai kepemimpinan, semakin saya merasa tidak mungkin menjadi seorang pemimpin yang baik. Bayangkan, menurut berbagai ahli kepemimpinan, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang karismatik, inspirational, transformational, innovative, motivational, memiliki kesadaran global, dan masih banyak lagi istilah-istilah canggih yang semakin menunjukkan betapa predikat "pemimpin" menjadi sangat eksklusif. Jika untuk menjadi pemimpin harus memiliki kualifikasi secanggih itu, lalu berapa banyak orang yang mampu menjadi pemimpin di masa mendatang?

Selanjutnya...
Bergaul di Lingkungan Kerja


Pergaulan di lingkungan kerja memang berbeda dengan pergaulan di luar lingkungan kerja. Pergaulan di luar kantor umumnya tidak bersifat formil. Karena anda tidak terikat dengan peraturan-peraturan dan prosedur baku. Sedangkan di kantor atau perusahaan, pergaulan lebih bersifat resmi. Apalagi di kantor ada tingkatan jabatan, mulai level terendah sampai level pimpinan.

Selanjutnya...
Mengelola Waktu atau Energi ? E-mail
Ditulis oleh Eileen Rachman




Dalam sebuah pertemuan bertemakan kepemimpinan, seorang GM dari perusahaan properti raksasa mengeluhkan pekerjaannya yang “overloaded”. Tantangan kerjanya dirasa bertambah memusingkan karena ia harus menservis beberapa atasan dengan kemauan yang berbeda-beda dan berubah-ubah, sementara bawahan pun tidak bisa dilepas. Di balik keluhan teman kita mengenai beban dan tanggung jawab yang bertumpuk ini, sesungguhnya ia mengemukakan pula rasa frustrasi atas tidakberhasilannya mengelola waktu yang hanya 24 jam, agar semua pekerjaan tuntas.

Selanjutnya...
6 Sikap Penghambat Promosi



Promosi didapat bukan semata karena kepintaran dan kemampuan kita dalam mengerjakan tugas. Tapi, juga didukung kebiasaan dan sikap simpatik. Nah, kebiasaan buruk apa saja yang dapat menghambat promosi?

Selanjutnya...
10 Sikap Pemacu Karier



Mengapa sebagian orang dapat dengan mudah mencapai posisi teratas di suatu perusahaan, sementara sebagian lagi sulit untuk mendapatkan promosi? Apakah kecerdasan, bakat, serta kekuasaan orang-orang tertentu mudah melesat? Tidak juga. Sikap ternyata lebih berperan. Ikuti sepuluh sikap positif ini, dan yakinlah karier Anda melesat maju.

Selanjutnya...


10 Sikap Pemacu Karier



Mengapa sebagian orang dapat dengan mudah mencapai posisi teratas di suatu perusahaan, sementara sebagian lagi sulit untuk mendapatkan promosi? Apakah kecerdasan, bakat, serta kekuasaan orang-orang tertentu mudah melesat? Tidak juga. Sikap ternyata lebih berperan. Ikuti sepuluh sikap positif ini, dan yakinlah karier Anda melesat maju.



1. Nasib saya tergantung dari diri saya.
Bila Anda menghabiskan waktu hanya untuk menunggu datangnya mukjizat, maka Anda akan menunggu lama sekali, malah barangkali sia-sia. Seseorang yang sukses selalu melakukan sesuatu, secara baik dan tepat, untuk mewujudkan keinginannya. Anda sebaiknya bergerak dan melakukan sesuatu, cari cara yang baik dan tepat, jangan hanya menunggu. Anda pasti akan berhasil dan berhak untuk mewujudkan impian.

2. Segala sesuatu mungkin saja terjadi.
Anda berpikir tidak mungkin menjadi wakil direktur. Jika demikian, maka Anda memang tidak akan pernah menduduki posisi tersebut. Ingat, jika Anda berpikir tidak bisa, maka Anda tidak akan pernah bisa. Tetapi bila berpikir Anda bisa, maka Anda pasti bisa.

3. Pekerjaan apa pun harus dilakukan dengan baik.
Anda tidak pernah tahu saat Anda diperhatikan atau dinilai. Bila Anda terbiasa melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, maka Anda tidak mendapatkan kesulitan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. Jangan lupa, apa pun yang Anda lakukan, pasti diperhatikan oleh atasan.

4. Menganggap penting setiap orang.
Bila Anda ingin bersikap agresif, Anda pun perlu bersikap baik dengan rekan sekerja serta orang-orang yang berada di sekeliling. Anda keliru kalau menganggap tidak perlu menjalin hubungan baik dengan sekretaris atasan. Bersikaplah sopan dan ramah terhadap orang-orang di sekeliling Anda. Soalnya, kita tidak pernah tahu, sikap baik itu mungkin memegang peranan penting bagi masa depan Anda.

5. Tidak terpaku pada latar belakang pendidikan.
Bila selalu merasa bahwa pekerjaan yang Anda lakukan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka Anda akan menghasilkan pretasi yang buruk. Mungkin pekerjaan yang Anda lakukan tidak terlalu cocok bagi Anda, tetapi seorang profesional yang sukses melakukan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya tanpa peduli di mana mereka berada.

6. Memiliki jejaring yang kuat.
Pegawai yang sukses memahami dengan baik pentingnya suatu jaringan, baik di dalam maupun di luar kantor. Anda perlu bersikap proaktif untuk mengembangkan hubungan profesional. Ajak dan undang rekan sekerja untuk makan siang di luar. Sesekali, pergilah ke kafe sehabis jam kerja. Bergabunglah dengan yayasan profesional. Kembangkan jaringan profesional demi masa depan Anda.

7. Tidak terpaku pada jam kerja.
Karena Anda bertanggung jawab atas nasib Anda, maka sudah menjadi kewajiban untuk terus mencari jalan dalam memperbaiki profesionalisme Anda. Bersikap sukarela dalam melakukan pekerjaan tambahan, berminat belajar sesuatu yang baru, serta bersedia pulang terlambat untuk membantu sesama rekan sekerja. Pekerja yang sukses tidak hanya bekerja terpaku pada jam kerja, tetapi juga bersedia melakukan lebih agar dirinya terlihat.

8. Kegagalan merupakan kunci sukses
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dari waktu ke waktu. Perbedaan antara orang yang sukses dan orang yang gagal adalah bagaimana mereka menghadapi kegagalan yang dialami. Pegawai yang sukses selalu belajar dari kesalahan yang mereka lakukan dan tetap maju.

9. Perlihatkan kemampuan.
Apakah Anda menunggu sampai seseorang melihat bakat dan kemampuan Anda? Mungkin sudah saatnya memperlihatkan kemampuan Anda. Katakan keberhasilan Anda dan apa yang telah Anda lakukan bagi perusahaan. Profesional yang sukses mengerti cara memperlihatkan keberhasilan mereka tanpa terkesan sombong.

10.Tidak pernah berhenti mencari peluang.
Tentu saja ada saat di mana Anda puas dengan pekerjaan yang sedang Anda geluti. Tetapi jangan lupa, profesional yang sukses selalu mencari kesempatan untuk maju dan berkembang. Pasang mata, buka telinga, dan buka wawasan untuk tantangan dan kesempatan baru. Anda tidak pernah tahu, kapan akan mendapatkan sesuatu yang dapat mengubah karier Anda menjadi lebih cemerlang.

KLIK AJA DEH








1001 Bisnis Online Masterbiznet.com









Stop Persaingan di Tempat Kerja


Bagi Anda yang telah bekerja tentu lebih memahami persaingan yang terjadi di tempat kerja. Menjadi yang terbaik di mata pimpinan adalah faktor mutlak yang diperlukan untuk karier seseorang.

Saat ini persaingan dikonotasikan hal yang negatif dan perlu dihindari. Namun, persaingan tidak sesederhana itu. Bersaing dapat dilihat dari dua sisi, sempit dan luas. Bersaing dalam arti sempit
tentu membuat seseorang merasa terancam dan mengganggap saingannya sebagai musuh dalam berbagai hal. Persaingan dalam arti luas tentu lebih mengedepankan jiwa bersaing dalam diri seseorang yang diikuti dengan meningkatnya kualitas kerja seseorang.

Selanjutnya...
Hati-hati Gosip Bisa Membunuh Karir !


Bergosip memang merupakan hiburan bagi kebanyakan orang. Bahkan ada juga yang menjadikannya sebagai hobi. Namun ternyata bergosip dapat jadi bumerang yang mematikan bagi karier.
Rachel Weingarten, penulis buku 'Career and Corporate Cool: How to Look, Dress and Act the Part at Every Stage of Your Career.' mengungkapkan bahwa hobi bergosip ternyata beresiko besar pada karir seseorang.

Selanjutnya...
Patuh Atau Komit?

Anda mungkin telah bekerja baik. But wait, alasannya karena komitmen atau hanya patuh pada atasan? Coba jawab pertanyaan di bawah ini.

Selanjutnya...
Kiat Sukses Negosiasi Naik Gaji


Banyak karyawan yang mengeluhkan gaji yang tak seimbang dengan tumpukan tugas-tugas yang tiap hari harus diselesaikan. Tapi biasanya mereka memilih menunggu hingga waktu penilaian kinerja (performance review) untuk bernegosiasi dengan perusahaan agar kompensasi yang diterima bisa disesuaikan dengan prestasi.

Sayangnya, tak semua orang punya kemampuan negosiasi yang baik. Nah, biar si bos mengabulkan permohonan Anda, kami berikan tipsnya.

Selanjutnya...
4 Tips Kerja Tanpa Stres

Anda merasa stress dalam bekerja ? Jangan anda bawa pikiran stress anda terus menerus. Disini kami akan berikan Tips mudah agar Kerja Tanpa Stress

Selanjutnya...
Perbedaan Boss dan Staff

Bila boss tetap pada pendapatnya,
itu berarti beliau konsisten.
Bila staff tetap pada pendapatnya,
itu berarti dia keras kepala !

Selanjutnya...

artikel dunia kerja

Seorang salesman sukses datang pada saya: “Perusahaan ini maunya apa, sih? Saya sudah bekerja selama 5 tahun, selalu mencapai target,
tidak pernah dinaikkan pangkat, malahan, target saya setiap semester dinaikkan.
Apa perusahaan mau menyaksikan kegagalan saya? Karir saya mentok di perusahaan ini....” .

Secara logis tidak ada perusahaan yang ingin “menggencet” karir seseorang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan individu merasakan keterhambatan karir.
Bisa saja kompetensinya bagus dibidang penjualan, tetapi di bidang penyeliaan dan manajerial dia lupa mengembangkan diri.
Terkadang kita terlena pada rutinitas dan penghasilan tetap, sehingga merasa bahwa tidak ada jalan untuk membuat nilai tambah pada diri sendiri secara sadar dan terencana.
Tepat pada saat kita merasa ”helpless” itulah karir kita memang betul mentok.
Padahal sebagai profesional, kita harus berkembang bagaikan mesin yang selalu ter “tune up” dan siap menanggung beban tantangan terkini.

Yang jelas, sudah tidak jamannya lagi mengharapkan pihak lain, atau perusahaan bertanggungjawab atas pengembangan diri kita.
Jangan lagi berkata, ”Aduh, gimana tidak gatek...., perusahaan aja tidak memberi saya laptop”.
Atau,“Mana sempat kursus, lembur sampai malam dan sampai di rumah pun saya masih harus mengurus rumah tangga”.
Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karir ada di tangan dirinya sendiri.
Lihatlah kenyataan bahwa orang yang karirnya menanjak punya kebiasaan luar biasa yang menyebabkan dirinya tidak berhenti”walk the extra mile” untuk berinvestasi di dalam dirinya.
Tidak jarang pula kita menyaksikan kenyataan bahwa beberapa profesional yang sudah mencapai usia lanjut tetapi tetap laku dan ”terpakai”.
Bila kita cermati baik baik, profesional senior ini memang belum berhenti ”mengisi” dirinya. Investasi pada diri sendiri, hukumnya: seumur hidup.

Investasi pada Wawasan dan Ketrampilan.
Kita tidak bisa tampil sebagai seorang yang lamban, sulit diajak berkompromi, keras kepala dan merasa bahwa kita sudah ”mumpuni”.
Sikap seperti itu adalah sikap dari profesional yang sudah akan lengser. Kita perlu tampil sebagai seorang yang terbuka, mau belajar dan bisa menyerap setiap isu dengan cepat.

- Cari Cara Kilat Perluas Wawasan : Bangun habituasi membaca dan optimalkan jaringan web untuk mencari tahu hal yang selama ini tidak ada sumbernya.
Gunakan teknik speed reading seperti scanning dan skimming, untuk menyerap bacaan dalam waktu singkat,
mengingat banyaknya materi bacaan sehubungan dengan industri dan profesi yang kita tekuni tidak bisa kita cerna semuanya.
Paksakan diri untuk mengingat dan mengotak atik data dan fakta karena sampai kapan pun seorang profesional perlu fakta dan data bila ingin mengambil keputusan
atau memecahkan masalah.

- Kuasai ”Soft Skill” melalui Mentor: Cara-cara komunikasi, negosiasi, persuasi memang bisa dibaca di buku.
Namun, cara yang paling baik adalah mem-”benchmark” langsung dari orang di sekitar kita.
Saya belajar untuk bersabar, dari tukang kebun saya, sebaliknya belajar ”memasang kuping”, meningkatkan kepekaan pendengaran dari si DJ putra tercinta.

Investasi pada Ketrampilan Manajerial
Ketrampilan manajerial tidak sama dengan ketrampilan teknis. Padahal inilah cikal bakal ketrampilan menuju jenjang manajemen top.
Satu-satunya jalan adalah mengambil kesempatan untuk belajar memimpin kelompok, mempraktekkan teknik-teknik manajerial,
dan menggunakan alat-alat manajemen seperti agenda, perencanaan, laporan, lembar kontrol dengan displin ketat sehingga cara kerja manajerial ini menjadi kebiasaan baru.

Hal yang juga kerap dianggap sepele adalah pengelolaan manusia.
Hanya melalui komunikasi efektif-lah seseorang bisa membuat orang lain bergerak, bekerja bahkan berkinerja.
Untuk itu latihan melakukan negosiasi, briefing, coaching dan counseling harus dikuasai sedini mungkin.
Hanya dengan ketrampilan inilah seseorang bisa menguasai teknik teknik ”bekerja melaui tangan orang lain” .

Investasi pada Portfolio Sosial
Ada professional yang bila ditanyai berapa relasi yang dia ingat, di dalam maupun di luar perusahaan, hanya bisa menghitung sampai angka 20.
Bandingkan dengan profesional yang mempunyai ratusan relasi, keluarga, kerabat, tetangga, teman, atasan, manajemen top.
Portofolio sosial kita terdiri dari bukan orang yang kita kenal, tetapi orang yang kenal dan mengingat kita.

Investasi pada Perangkat Kerja
Kita perlu bisa diakses dan perlu berkomunikasi diluar waktu kerja biasa.
Sudah tidak jamannya lagi, kita dengar seorang beralasan: “ oh telpon saya low bat “
Bisa saja orang berkomentar terhadap sikap kita: ”Masakan mengelola batere satu telpon saja tidak bisa...”.
Mengoptimalkan fungsi ponsel, komputer, dan perangkat kerja lainnya merupakan suatu keharusan.

Investasi pada Kebugaran Diri
Sediakanlah waktu yang cukup untuk berolahraga, menjaga asupan makanan, menjalani dengan baik pola hidup sehat.
Demi kebugaran jiwa, ciptakan waktu untuk berkontemplasi, merenung dan menjalankan ibadah sehingga menjadikan diri kita bugar jiwa bagaikan batere yang di ”charge” kembali.

Mulailah berinvestasi pada diri sendiri, maka orang lainpun tidak akan ragu berinvestasi pada kita.

karir mentok ? sudahkah berprestasi pda diri sndiri ?

Seorang salesman sukses datang pada saya: “Perusahaan ini maunya apa, sih? Saya sudah bekerja selama 5 tahun, selalu mencapai target,
tidak pernah dinaikkan pangkat, malahan, target saya setiap semester dinaikkan.
Apa perusahaan mau menyaksikan kegagalan saya? Karir saya mentok di perusahaan ini....” .

Secara logis tidak ada perusahaan yang ingin “menggencet” karir seseorang, namun ada beberapa hal yang menyebabkan individu merasakan keterhambatan karir.
Bisa saja kompetensinya bagus dibidang penjualan, tetapi di bidang penyeliaan dan manajerial dia lupa mengembangkan diri.
Terkadang kita terlena pada rutinitas dan penghasilan tetap, sehingga merasa bahwa tidak ada jalan untuk membuat nilai tambah pada diri sendiri secara sadar dan terencana.
Tepat pada saat kita merasa ”helpless” itulah karir kita memang betul mentok.
Padahal sebagai profesional, kita harus berkembang bagaikan mesin yang selalu ter “tune up” dan siap menanggung beban tantangan terkini.

Yang jelas, sudah tidak jamannya lagi mengharapkan pihak lain, atau perusahaan bertanggungjawab atas pengembangan diri kita.
Jangan lagi berkata, ”Aduh, gimana tidak gatek...., perusahaan aja tidak memberi saya laptop”.
Atau,“Mana sempat kursus, lembur sampai malam dan sampai di rumah pun saya masih harus mengurus rumah tangga”.
Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karir ada di tangan dirinya sendiri.
Lihatlah kenyataan bahwa orang yang karirnya menanjak punya kebiasaan luar biasa yang menyebabkan dirinya tidak berhenti”walk the extra mile” untuk berinvestasi di dalam dirinya.
Tidak jarang pula kita menyaksikan kenyataan bahwa beberapa profesional yang sudah mencapai usia lanjut tetapi tetap laku dan ”terpakai”.
Bila kita cermati baik baik, profesional senior ini memang belum berhenti ”mengisi” dirinya. Investasi pada diri sendiri, hukumnya: seumur hidup.

Investasi pada Wawasan dan Ketrampilan.
Kita tidak bisa tampil sebagai seorang yang lamban, sulit diajak berkompromi, keras kepala dan merasa bahwa kita sudah ”mumpuni”.
Sikap seperti itu adalah sikap dari profesional yang sudah akan lengser. Kita perlu tampil sebagai seorang yang terbuka, mau belajar dan bisa menyerap setiap isu dengan cepat.

- Cari Cara Kilat Perluas Wawasan : Bangun habituasi membaca dan optimalkan jaringan web untuk mencari tahu hal yang selama ini tidak ada sumbernya.
Gunakan teknik speed reading seperti scanning dan skimming, untuk menyerap bacaan dalam waktu singkat,
mengingat banyaknya materi bacaan sehubungan dengan industri dan profesi yang kita tekuni tidak bisa kita cerna semuanya.
Paksakan diri untuk mengingat dan mengotak atik data dan fakta karena sampai kapan pun seorang profesional perlu fakta dan data bila ingin mengambil keputusan
atau memecahkan masalah.

- Kuasai ”Soft Skill” melalui Mentor: Cara-cara komunikasi, negosiasi, persuasi memang bisa dibaca di buku.
Namun, cara yang paling baik adalah mem-”benchmark” langsung dari orang di sekitar kita.
Saya belajar untuk bersabar, dari tukang kebun saya, sebaliknya belajar ”memasang kuping”, meningkatkan kepekaan pendengaran dari si DJ putra tercinta.

Investasi pada Ketrampilan Manajerial
Ketrampilan manajerial tidak sama dengan ketrampilan teknis. Padahal inilah cikal bakal ketrampilan menuju jenjang manajemen top.
Satu-satunya jalan adalah mengambil kesempatan untuk belajar memimpin kelompok, mempraktekkan teknik-teknik manajerial,
dan menggunakan alat-alat manajemen seperti agenda, perencanaan, laporan, lembar kontrol dengan displin ketat sehingga cara kerja manajerial ini menjadi kebiasaan baru.

Hal yang juga kerap dianggap sepele adalah pengelolaan manusia.
Hanya melalui komunikasi efektif-lah seseorang bisa membuat orang lain bergerak, bekerja bahkan berkinerja.
Untuk itu latihan melakukan negosiasi, briefing, coaching dan counseling harus dikuasai sedini mungkin.
Hanya dengan ketrampilan inilah seseorang bisa menguasai teknik teknik ”bekerja melaui tangan orang lain” .

Investasi pada Portfolio Sosial
Ada professional yang bila ditanyai berapa relasi yang dia ingat, di dalam maupun di luar perusahaan, hanya bisa menghitung sampai angka 20.
Bandingkan dengan profesional yang mempunyai ratusan relasi, keluarga, kerabat, tetangga, teman, atasan, manajemen top.
Portofolio sosial kita terdiri dari bukan orang yang kita kenal, tetapi orang yang kenal dan mengingat kita.

Investasi pada Perangkat Kerja
Kita perlu bisa diakses dan perlu berkomunikasi diluar waktu kerja biasa.
Sudah tidak jamannya lagi, kita dengar seorang beralasan: “ oh telpon saya low bat “
Bisa saja orang berkomentar terhadap sikap kita: ”Masakan mengelola batere satu telpon saja tidak bisa...”.
Mengoptimalkan fungsi ponsel, komputer, dan perangkat kerja lainnya merupakan suatu keharusan.

Investasi pada Kebugaran Diri
Sediakanlah waktu yang cukup untuk berolahraga, menjaga asupan makanan, menjalani dengan baik pola hidup sehat.
Demi kebugaran jiwa, ciptakan waktu untuk berkontemplasi, merenung dan menjalankan ibadah sehingga menjadikan diri kita bugar jiwa bagaikan batere yang di ”charge” kembali.

Mulailah berinvestasi pada diri sendiri, maka orang lainpun tidak akan ragu berinvestasi pada kita.

Sabtu, 23 Mei 2009

oktavia

sistem informasi akuntansi
jl.zp.alam no.90 bandar lampung
kampuz teknokrat
merk komputer lg